Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 02 Februari 2014

PROTEKSI RADIASI


A. Pengertian Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi ini kadang-kadang dikenal juga sebagai proteksi radiologi ini memiliki beberapa pengertian yaitu :
§ Proteksi radiasi adalah perlindungan masyarakat dan lingkungan dari efek berbahaya dari radiasi pengion , yang meliputi radiasi partikelenergi tinggi dan radiasi elektromagnetik

§ Proteksi radiasi adalah suatu system untuk mengendalikan bahaya radiasi dengan menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti peraturan proteksi yang sudah dibakukan.

§ Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.
§ Proteksi Radiasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion.

§ Menurut BAPETEN, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah ilmu yang mempelajari tentang teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya, orang disekitarnya maupun keturunannya dari paparan radiasi.

Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi :
1. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif
2. Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis radiasi yang diterima organ/ jaringan
3. Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan, dan
4. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.


B. Macam-macam Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Proteksi radiasi kerja merupakan perlindungan pekerja.
2. Proteksi radiasi medis merupakan perlindungan pasien dan radiografer, dan
3. Proteksi radiasi masyarakat merupakan perlindungan individu, anggota masyarakat, dan penduduk secara keseluruhan.


Jenis-jenis eksposur, serta peraturan pemerintah dan batas paparan hukum yang berbeda untuk masing-masing kelompok, sehingga masing-masing harus dipertimbangkan secara terpisah.


C. Falsafah Proteksi Radiasi
Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi.
Tujuan dari proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan
2. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah yang masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan di sekitarnya.

Pengalaman telah membuktikan bahwa dengan menggunakan system pembatasan dosis terhadap penyinaran tubuh (baik radiasi eksterna maupun internal) kemungkinan resiko bahaya radiasi dapat diabaikan petugas proteksi radiasi dengan mengikuti peraturan proteksi radiasi dan menggunakan peralatan proteksi yang canggih dapat menyelamatkan pekerja radiasi dan masyarakat pada umumnya.


Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah :
a. Meniadakan bahaya radiasi
b. Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia
c. Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi


Untuk menerapkan tiga prosedur proteksi radiasi di atas dilaksanakan oleh petugas proteksi radiasi. Prosedur utama cukup jelas dengan mentaati dan melaksanakan peraturan proteksi radiasi; kedua dengan merancang tempat kerja dan menggunakan peralatan proteksi radiasi yang baik dan penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan lingkungannya aman dan selamat; dan ketiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan secara terus menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan alat pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveimeter.

Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku wajib menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam penyusunan program ini diperlukan adanya prinsip penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu ignstalasi nuklir sesuai dengan rekomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP).

Dalam pemanfaatan teknologi nuklir, faktor keselamatan manusia harus mendapatkan prioritas utama. Program proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk mencegah terjadinya kecelakaan radiasi sehubungan dengan pengoperasian instalasi nuklir, yaitu :
1. Adanya peraturan perundangan dan standar keselamatan dalam bidang keselamatan nuklir;
2. Pembangunan instalasi nuklir dilengkapi dengam sarana peralatan keselamatan kerja dan sarana pendukung lainnya yang sempurna sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memperhatikan laporan analisis keselamatan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang;
3.Tersedianya personil dengan bekal pengetahuan memadai dan memahami sepenuhnya tentang keselamatan kerja terhadap radiasi.


D. Acuan Dasar Proteksi Radiasi
Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi , baik untuk pekerja radiasi maupun anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan proteksi harus selalu sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi ICRP, dalam setiap kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam nilai batas dan tingkat acuan. Nilai batas terdiri atas nilai batas dasar, nilai batas turunan dan nilai batas ditetapkan. Sedang tingkat acuan terdiri atas tingkat pencatatan, tingkat penyelidikan dan tingkat intervensi.
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara langsung. Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan radiasi memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukan bahwa hasil pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam proteksi radiasi, dipandang perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang menunjukan hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai batas dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran yang sesuai dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar. Sedang nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun peraturan lokal pada suatu instalasi. Nilai batas ditetapkan umumnya lebih rendah dari nilai batas turunan, namun ada kemungkinan nilai keduanya adalah sama.
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk menentukan suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan dapat melampaui tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program pemantauan radiasi perlu menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi radiasi memerlukan perencanaan yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan tindakan nyata yang perlu diambil jika nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini secara operasional akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga tingkat acuan, yaitu :
1. Tingkat Pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada di bawah nilai tingkat pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
2. Tingkat Penyelidikan,yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
3. Tingkat Intervensi,yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.


E. Asas-asas Proteksi Radiasi
Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip proteksi radiasi ini terdiri atas beberapa macam yaitu asas legislasi yang sering disebut asas justifikasi yang artinya pembenaran, asas optimalisasi dan asas limitasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Asas legislasi atau justifikasi yang artinya pembenaran
Penerapan asas justifikasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar sebelum tenaga nuklir dimanfaatkan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis resiko manfaat. Apabila pemanfaatan tenaga nuklir menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan resiko akibat kerugian radiasi yang mungkin ditimbulkannya, maka kegiatan tersebut boleh dilaksanakan. Sebaliknya, apabila manfaatnya lebih kecil dari resiko yang ditimbulkan, maka kegiatan tersebut tidak boleh dilaksanakan. Berikut adalah contoh penerapan asas legislasi atau justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

a. Seorang ibu menderita kelainan jantung tetapi ibu tersebut tidak dapat di roentgen karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan tersalurkan ke janinnya. Maka pemotretan akan dilakukan setelah ibu tersebut melahirkan.

b.Jika seseorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi dari dokter maka sebagai radiografer tidak diharuskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut.

c. Seorang radiografer tidak boleh seenaknya menggunakan pesawat roentgen di dalam Rumah Sakit tempat ia bekerja, misalnya dengan mengekspose binatang peliharaannya untuk kepentingan pribadinya.


2. Asas Optimalisasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini dikenal dengan sebutan ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Dalam kaitannya dengan penyusunan program proteksi radiasi, asas optimalisasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam program telah dipertimbangkan secara saksama, termasuk besarnya biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas optimalisasi apabila semua komponen dalam program tersebut disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi.
Tujuan dari asas optimalisasi dalam proteksi radiasi adalah untuk mendapatkan hasil optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu maupun kolektif, minimnya resiko dari pemaparan yang tidak dikehendaki, dan biaya yang murah. Asas optimalisasi sangat ditekankan oleh ICRP. Setiap kegiatan yang memerlukan tindakan proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisis optimalisasi proteksi. Penekanan ini dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang sistem pembatasan dosis yang sebelumnya dikenal dengan konsep ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Baik asas optimalisasi maupun ALARA keduanya sangat menekankan pada pertimbangan faktor-faktor ekonomi dan sosial, dan tidak semata-mata menekankan pada rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja maupun masyarakat. Berikut adalah contoh penerapan asas optimalisasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
a. Pada saat mengisi kaset radiografer harus memperhatikan kaset yang akan digunakan, ukuran film yang sesuai dan jumlah film yang dimasukkan ke dalam kaset.
b. Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau 24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan dan tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
c. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiografer terlebih dahulu harus memberikan instruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia.


3. Asas Limitasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Yang dimaksud Nilai Batas Dosis (NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan NBD ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam. NBD yang berlaku saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk pekerja radiasi dan 5 mSv (500 mrem) per tahun untuk anggota masyarakat. Sehubungan dengan rekomendasi IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan menjadi 20 mSv (2000 mrem) per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan per tahun tidak boleh melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv (100 mrem) per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam mengadopsinya. Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara baik, maka semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan terlampaui. Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
a. Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah radiasi yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin memeriksakan ekstremitas atas (antebrachi), kV yang digunakan sebesar 45. Apabila ada seorang pasien anak-anak juga ingin memeriksakan antebrachinya maka kita sebagai radiografer harus menurunkan kondisi yang tadi digunakan menjadi kV 40 karena dengan kondisi tersebut sudah dapat dihasilkan gambar radiografi yang bagus karena tebal objek sudah dapat ditembus dengan kondisi tersebut.
b. Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau 24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan.

Jika radiografer melakukan foto x-ray, untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien, kita sebisa mungkin mengatur luas kolimasi sesuai dengan kebutuhan. Sebab semakin besar kolimasi maka semakin besar pula radiasi yang diterima oleh pasien begitupun sebaliknya

TEKNIK PEMERIKSAAN ANTEBRACHI



Untuk pemeriksaan radiografi patologis yang sering dijumpai meliputi fraktur, dislokasi, corpus alienum, dll. Pada pemeriksaan radiografi antebrachi ini proyeksi yang digunakan adalah proyeksi AP dan lateral. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan di bawah ini.


1. Anatomi Ossa Antebrachi
Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus memperhatikan syarat pada setiap pemerksaan tulang panjang, selain objek inti yang kita foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal humerus.



a. Radius
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
• Ujung atas radius
Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendondari insersi otot bisep.
• Batang radius
Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radus ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.
• Ujung bawah radius
Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan skafoid (os navikular radii ) dan tulang semilunar ( linatum ) dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-ulnar inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius.

b. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
• Ujung atas ulna
Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku. Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari humerus bila siku dibengkokan.
• Batang ulna
Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan jar. Otot-otot flexor dating dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan, dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna.
• Ujung bawah ulna
Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah.


2. Teknik Pemeriksaan


AP Antebrachi Projection

Pada proyeksi AP antebrachi ini kaset yang digunakan harus cukup untuk mencakup seluruh lengan dari prosesus olecranon dari ulna sampai prosesus styloid dari radius. Kedua gambar antebrachi dapat diambil pada satu kaset dengan membagi kaset menjadi dua bagian menggunakan lead mask. Harus memperhatikan penempatan identifikasi pasien sehingga tidak ada bagian dari gambar radiografi yang terpotong.
Kaset :

Kaset yang digunakan pada proyeksi AP adalah 18 x 43 cm tunggal; 35 x 43 cm dibagi memanjang. Karena di Indonesia jarang penggunaan kaset ukuran tersebut maka digunakan kaset ukuran 24 x 30 cm untuk dua proyeksi.
Posisi Pasien :
Pasien diatur duduk di samping meja radiografi dan cukup rendah untuk menempatkan seluruh lengan pada bidang yang sama.
Posisi Objek :
Atur antebrachi pada posisi supinase, ekstensikan siku, dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan antebrachi. Pastikan kedua persendian masuk pada kaset.
Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan antebrachi.
Pada pasien yang lateral sampai anebrachi berada dalam posisi true supinated.
Karena proksimal antebrachi umumnya dalam posisi ini memutar, raba dan sesuaikan epicondylus humeri sampai berjarak sama dari kaset.
Pastikan bahwa tangan dalam posisi supinated. Pronasi tangan akan mengakibatkan persilangan radius di atas ulna pada proksimal ketiga dan humerus berputar dibagian tengah, mengakibatkan proyeksi oblique dari antebrachi.
Pakaikan pasien apron untuk poteksi radiasi.
Arah Sinar :
Tegak lurus kaset pada mid antebrachi.
Tampilan Struktur :
Sebuah proyeksi AP antebrachi menunjukkan elbow joint, radius dan ulna, dan baris tulang karpal proksimal sedikit mengalami pemendekan.


KRITERIA EVALUASI
Berikut ini Kriteria radiograf yanf harus nampak pada proyeksi Ap antebrachi :
Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
Sedikit superimposisi caput, colum, tuberosity radial, pada daerah proksimal ulna.
Tidak ada perpanjangan atau foreshortening dari epicondyles humeri.
Memungkinkan elbow joint terbuka jika shoulder ditempatkan pada bidang yang sama dengan antebrachi.
Densitan yang sama antara daepah distal dan proksimal antebrachi.


Lateral Antebrachi Projection(Lateromedial)

Kaset :

Pada projeksi lateral antebrachi digunakan 18 x 43 cm tunggal; 35×43 cm dibagi dua memanjang. Tapi di indonesia digunakan kaset 24 x 30 cm dibagi dua untuk da proyeksi.
Posisi Pasien :
Dudukan pasien di samping meja pemeriksaan dan rendahkan humerus, shoulder joint, dan elbow joint sejajar pada bidang yang sama.
Posisi Objek :
Fleksikan elbow 90 derajat, dan pusatkan antebrachi di atas setengah permukaan kaset yang membuka dan sejajar dengan long axis antebrachi.
Pastikan bahwa kesua sendi masuk pada gambaran radiograf.
Atur lengan pada posisi true lateral position. Sisi ibu jari dari tangan harus berada di atas.
Pakaikan apron pada pasien untuk mengurangi dosis radiasi.
Arah Sinar :
Tegak lurus kaset pada mid point antebrachi.
Tampilan Struktur :
Proyeksi lateral menunjukkan tulang dari antebrachi, elbow joint, dan baris proksimal tulang carpal.


KRITERIA EVALUASI
Berikut ini gambaran radiograf yang nampak pada proyeksi lateral antebrachi :
Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
Superimposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.
Superimposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.
Radial tuberositas menghadap depan.
Epicondilus humerus superposisi.
Elbow fleksi 90 derajat.
Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros radial dan ulnaris.
Demikian proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan radiografi antebrachi. Semoga dapat menembah pengetahuan teman-teman.
sumber : http://bocahradiography.wordpress.com/2011/09/01/teknik-pemeriksaan-antebrachi/



Ballinger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions and Radiologic Prosedures, Tenth Edition, Volume Three. Saint Louis : Mosby.