"aku kesepiaan"
Aku kesepian .
langitku mendung tersambar petir menggoyah
Adakah hujan
biarkan dia jadi teman
Aku kesepian
aku butuh keluarga
Aku kesepian.
Aku sendiri.
seperti anak kucing di antara keluarga anjing.
Adakah keluarga buat awan gelap
kecil yang memohon-mohon
matahari di gelap hari?
Aku kesepian
aku benar-benar sendiri
menangis meminta teman
Merengek-rengek meminta keluarga
yanng akan hapus airmata dan usap rambutku
yang buatkan segelas susu hangat
dan kasih cerita baru
AKU KESEPIAN.
aku tak butuh permen
aku bukanlah anak-anak lagi .
aku hanya butuh keluarga
dan aku
BUTUH BURUNG YANG INGIN MEMBUAT SANGKAR
DI DAHANKU
Beri aku teman.
Beri aku keluarga
Beri aku bahagia
AKU KESEPIAN
NB: Ini adalah sebuah puisi yang diciptakan oleh adikku di masa dimana kondisinya sangat labil dan rapuh sebagai seorang remaja. Saat remaja,terkhusus ketika duduk dibangku SMA, merupakan masa-masa yang selit untuknya karena dia harus beradaptasi dengan banyak hal, hormon-hormon ditubuh yang mulai berkembang dan yang terutama, beradaptasi dengan kehidupan…
'love your parents"
Tak ingatkah kau,
ketika mereka memanjakanmu,
atau hanya sedikit memanjakanmu?
Jalananmu seperti redup-redup.
Di tepian kutemukan kau mengemis kasih sayang,
Bermuram sekali wajahmu.
Hanya katamu,”orangtuaku sangat menyakitkan”
“mereka tak perdulikanku…”
Marilah mari,
akan kuberitahu bagaimana orang tua itu.
Mereka mengaliri kehidupan dibalik nalurimu,
seumur hidupmu,
Milikmulah mereka…
Ketika kesakitan meracunimu
di masa muda usiamu,
keterbatasan mereka membuatmu marah dan terhimpit,
lalu kekerasan mereka membuatmu lumpuh
kemudian seperti tak henti ketidakadilan mereka,
membuatmu tertelungkup…
Berjenaklah sebentar,
Jika bisa, ingatlah keindahan mereka…
Bangun dan mulailah merangkak.
Bayangkan terus senyuman dan cinta mereka untukmu
atau sekadarnya,
sewaktu mereka membelai dan membela engkau dari lawanmu.
Jika detik-detik kebencian itu yang engkau hitung-hitung,
Berapakah keuntunganmu?
Atau kecemburuan dan sakit-sakit yang lama tersimpan
seperti peti kuburan,
Maka apakah yang menjadi pundi-pundimu,
yang kiranya berkenan kau bawa di masa depan?
Cintailah mereka di tengah keraguanmu,
Bukankah mereka yang lebih mengenal engkau sepanjang usiamu?
Mereka menunggumu, pulanglah..
Peluk dan cium mereka dengan tangisan sukacita,
Dan naungilah kasih itu dengan keabadian.
Pudarkanlah garis-garis luka hati
Yang terbentuk di garisan pasir pantai hidupmu.
Biarkanlah gelombang dashyat itu hapuskannya…
Tertawalah dan cintailah orangtuamu,
Mereka berkat yang tak terhingga bagimu
oleh Jettika Dwivita Romarito Siregar
“siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati…” Kel 21:15
“siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati…” Kel 21:17
Lalu siapakah kita ini? Sehingga menganggap ada seorang yang tidak patut dicintai?
Lalu siapakah kita ini? Sehingga menganggap ada seorang yang tidak patut dimaafkan?
*—————-*
Ada suatu saat di dalam hidupku, ketika aku sangat membenci kedua orangtuaku. Menurutku, pada saat-saat tersebut mereka tidak pantas untuk disebut sebagai orangtua. Mereka sangat menjengkelkan dan juga mereka tampaknya sangat membenciku. Perlu aku tambahkan juga, orangtuaku telah bercerai secara tidak sah semenjak aku duduk di bangku SD. Tidak perlu aku ceritakan disini bagaimana terjadinya perceraian itu. Tetapi bagiku sendiri, pada saat itu, hal ini sangat tidak adil.
Menurut pemikiranku sejak aku kecil hingga tumbuh remaja, perceraian orangtuaku merupakan suatu bentuk dari keegoisan dan ketidakdewasaan mereka dalam berumahtangga. Hal tersebut memang sangat mengecewakan dan meninggalkan luka yang dalam bagiku beserta saudara-saudaraku.
Bukan hanya perceraian mereka saja yang membuatku muak, tapi juga segala tingkah laku dan perbuatan mereka yang sangat tidak pantas untuk seseorang yang disebut dengan “orangtua”. Rasanya akan panjang ceritanya dan juga sangat tidak etis bagiku menceritakan semuanya itu.
Tapi aku pikir, mungkin dirimu juga pernah mengalami hal yang sama denganku. Mungkin kau terkadang tidak menyukai atau bahkan membenci orangtuamu karena banyak hal dalam diri mereka yang tidak sesuai dengan keinginanmu. Sadarilah bahwa, tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang sempurna, bahkan orangtua pun bisa salah, karena ORANGTUA JUGA MANUSIA. Tapi memang, seringkali, kesalahan daripada orangtua yaitu tidak mau mengakui kesalahan mereka.
Lupakan sejenak hal-hal itu, mari kita kembali pada kisahku dimana aku sangat membenci orangtuaku. Saat itu, kakakku menuliskan dan memberikan puisi ini kepadaku tepat sebelum aku berangkat jauh dari rumahku untuk waktu yang lama.
Ketika aku membaca isinya, hatiku tersentak keras dan rasa benciku luntur. Dengan membaca dan sedikit merenungkan maksud dari puisi ini, aku mulai mengingat kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan orangtuaku semenjak aku terlahir ke dunia ini. Mungkin semenjak aku ada di kandungan ibuku, sudah begitu sering aku menyusahkan beliau. Air mataku mulai menitik pelan-pelan di pipiku, dan akupun menyadari…
Orangtua tidak pernah bisa menjadi orangtua yang sempurna, tapi orangtua akan selalu berusaha menjadi orangtua yang terbaik untuk anak-anaknya..
Dalam keadaaan apapun, aku tahu, orangtua akan selalu mencintai anak-anaknya meskipun cinta mereka tidak sempurna..
Orangtua selalu layak untuk dimaafkan, bahkan mungkin orangtua yang terjahat yang pernah ada di dunia ini masih layak untuk dimaafkan, karena kita sebagai anaklah yang seharusnya meminta maaf terlebih dahulu..
The conclusion is……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar