Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 23 April 2014

Vertebralis

Teknik Pemeriksaan Columna Vertebralis Sacrum dan Coccyx biasanya dilakukan proyeksi AP AXIAL


1. PROYEKSI AP AXIAL

film ; 24 x 30 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan lengan berada di samping tubuh

POSISI OBJEK :
- pertengahan MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan
- atur kedua SIAS berjarak sama terhadap meja pemeriksaan
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadap pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya sesuai dengan objek yang diperiksa
- pertengahan kaset 2 inches superior dari symphysis pubis

Central Point : sekitar 2 inches superior dari symphysis pubis
Central Ray : 15 derajat cephalad untuk sacrum dan 10 derajat caudad untuk coccyx
Faktor Eksposi : kV 73 dan mAs 20

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas gambaran sacrum dan coccyx
- tampak pembatasan luas lapangan penyinaran pada sisi lateral tubuh.
Teknik Pemeriksaan Columna Vertebralis Lumbalis

Dalam Teknik Pemeriksaan Columna Vertebralis Lumbalis biasanay dilakukan 2 proyeksi rutin, yaitu AP dan LATERAL

1. PROYEKSI AP

film ; 30 x 40 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan atau berdiri di depan kaset stand

POSISI OBJEK :
- MSP tubuh apda midline meja pemeriksaan
- bila pasien diposisikan supine, maka kaki di fleksi sehingga bagian punggung menempel pada meja pemeriksaan
- tangan pasien diletakkan diatas dada atau disamping tubuh pasien supaya tidak menutupi objek yang akan diperiksa.
- pertengahan kaset pada vertebrae lumbalis ke 3 atau pada umbilicus
- jika pasien berdiri, maka berat badan harus terdistribusi sama pada kedua kaki, jika kedua kaki tidak sama panjang maka kaki yang pendek harus di ganjal supaya untuk mengimbangi kaki yang satunya
- dengan memperhatikan proteksi radiasi, atur kolimasi sesuai objek yang akan di periksa
- saat eksposi pasien diberi instruksi untuk tahan nafas setelah tarik nafas dalam untuk mengurangi pergerakan atau pasien tarik nafas secara perlahan selama eksposi sehingga paru-paru kabur.
- gunakan selalu heel effect untuk menambah densitas yang merata dengan posisi katoda mengarah ke kaki sehingga persentase radiasi yang besar menembus sisi yang tebal.

Central Point : pada vertebrae lumbalis ke 3 atau pada umbilicus
Central Ray : tegak lurus terhadap film
Faktor Eksposi : kV = 76 dan mAs = 25

KRITERIA GAMBAR :
- tergambar area dari vertebrae thoracal 12 sampai sacrum 1
- batasi sisi lateral lumbal kanan - kiri
- tampak batasan kolimasi (batas luas lapangan penyinaran)
- untuk kriteria lumbal-sacrum, maka tergambar area dari vertebrae thoracal 12 sampai keseluruhan sacrum terbawa, dan batasi sisi lateralnya
- tidak ada rotasi atau pergerakan pada pasien.


2. PROYEKSI LATERAL

film ; 30 x 40 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan atau berdiri di depan kaset stand dengan posisi true lateral

POSISI OBJEK :
- MSP tubuh apda midline meja pemeriksaan
- usahakan pasien true lateral, dengan kedua lutut di tekuk
- kedua tangan pasien diletakkan di bawah kepala supaya pasien merasa nyaman
- pertengahan kaset pada vertebrae lumbalis ke 3 atau pada umbilicus
- jika pasien berdiri, maka berat badan harus terdistribusi sama pada kedua kaki, jika kedua kaki tidak sama panjang maka kaki yang pendek harus di ganjal supaya untuk mengimbangi kaki yang satunya
- dengan memperhatikan proteksi radiasi, atur kolimasi sesuai objek yang akan di periksa
- saat eksposi pasien diberi instruksi untuk tahan nafas setelah tarik nafas dalam untuk mengurangi pergerakan atau pasien tarik nafas secara perlahan selama eksposi sehingga paru-paru kabur.
- gunakan selalu heel effect untuk menambah densitas yang merata dengan posisi katoda mengarah ke kaki sehingga persentase radiasi yang besar menembus sisi yang tebal.

Central Point : pada vertebrae lumbalis ke 3 atau pada umbilicus
Central Ray : tegak lurus terhadap film
Faktor Eksposi : kV = 92 dan mAs = 35

KRITERIA GAMBAR :
- tergambar area dari vertebrae thoracal 12 sampai sacrum 1
- batasi sisi lateral lumbal kanan - kiri
- tampak batasan kolimasi (batas luas lapangan penyinaran)
- untuk kriteria lumbal-sacrum, maka tergambar area dari vertebrae thoracal 12 sampai keseluruhan sacrum terbawa, dan batasi sisi lateralnya
- tidak ada rotasi atau pergerakan pada pasien.
Teknik Pemeriksaan Columna Vertebralis thoracalis

Dalam Teknik Pemeriksaan Columna Vertebralis thoracalis terdapat 2 proyeksi yaitu AP dan LATERAL

1. Proyeksi AP

film : 35 x 43 cm, 30 x 40 cm, atau 18 x 43 cm

POSISI PASIEN :
- pasien dalam keadaan supine diatas meja pemeriksaan atau pasien dalam kondisi erect dengan tubuh menempel pada vertical grid device
- jika pasien supine maka letakkan kepala diatas meja pemeriksaan atau di atas bantal tipis untuk mencegah penambahan dorsal kyphosis

POSISI OBJEK :
- pertengahan MSP tubuh pada midline grid
- letakkan kedua tangan pasien disamping tubuh dan atur kedua shoulder dalam bidang horizontal yang sama
- jika pasien supine, fleksikan hips dan kness secukupnya sehingga bagian belakang kontak dengan meja dan juga untuk mengurangi dorsal kyphosis
- atur kedua kaki posisi vertikal dan imobilisasi dengan menggunakan sandbags
- jika pasien berdiri, maka berat badan harus terdistribusi sama pada kedua kaki, jika kedua kaki tidak sama panjang maka kaki yang pendek harus di ganjal supaya untuk mengimbangi kaki yang satunya
- pertengahan film pada vertebrae thoracal ke 7 sekitar 3 - 4 inchs distal dari jugular
- lindungi gonad pasien
- dengan memperhatikan proteksi radiasi, atur kolimasi sesuai objek yang akan di periksa
- saat eksposi pasien diberi instruksi untuk tahan nafas setelah tarik nafas dalam untuk mengurangi pergerakan atau pasien tarik nafas secara perlahan selama eksposi sehingga paru-paru kabur.
- gunakan selalu heel effect untuk menambah densitas yang merata dengan posisi katoda mengarah ke kaki sehingga persentase radiasi yang besar menembus sisi yang tebal yaitu thorax

Central Point : pada vertebrae thoracal ke 7
Central Point : tegal lurus terhadapat kaset
Faktor Eksposi : kv = 76 , dan mAs = 20

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas ke 12 vertebrae thoracalis
- tampak adanya kolimasi (pembatasan luas lapangan penyinaran)
- processus spinosus pada pertengahan pasien
- vertebrae thoracalis ke 7 pada pertengahan film


2. PROYEKSI LATERAL

film : 35 x 43 cm, 30 x 40 cm, atau 18 x 43 cm

POSISI PASIEN :
- pasien diposisikan supine atau berdiri dengan posisi true lateral
- jika memungkinkan posisinya lateral kiri agar sisi jantung dekat dengan film sehingga overlapping dengan vertebrae
- pasien menggunkan baju pasien dengan tali nya berada di bagian belakang, sehingga mudah untuk mengecek posisi pasien
- jika posisi pasien tiduran, maka letakkan bantal kecil dibawah kepala pasien dan atur MCP nya tegak lurus dengan meja pemeriksaan

POSISI OBJEK :
- fleksikan hips dan knees sehingga nyaman
- letakkan pengganjal dibawah knee dan letakkan sanbag diantara kedua knee
- atur kedua arm, sehingga columna memanjang dan tubuh true lateral
- pertengahan film pada vertebrae thoracal ke 7 sekitar 3 - 4 inchs distal dari jugular
- lindungi gonad pasien
- dengan memperhatikan proteksi radiasi, atur kolimasi sesuai objek yang akan di periksa
- saat eksposi pasien diberi instruksi untuk tahan nafas setelah tarik nafas dalam untuk mengurangi pergerakan atau pasien tarik nafas secara perlahan selama eksposi sehingga paru-paru kabur.
- gunakan selalu heel effect untuk menambah densitas yang merata dengan posisi katoda mengarah ke kaki sehingga persentase radiasi yang besar menembus sisi yang tebal yaitu thorax

Central Point : pada vertebrae thoracal ke 7
Central Point : tegal lurus terhadapat kaset
Faktor Eksposi : kV = 90 dan mAs = 28

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas gambaran thoracal LATERAL yang menembus ribs dan paru-paru
- tampak ke 12 vertebrae thoracal, karena bagian atas vertebrae thoracal biasanya tergambar kurang jelas maka film bisa di geser ke bawah sehingga L1 dan L2 tergambar
- tampak kolimasi untuk mengurangi radiasi hambur terhadap pasien maupun terhadapat film.
Teknik Pemeriksaan Columna Vertebralis Cervicalis


Dalam pemeriksaan Columna Vertebralis Cervicalis biasanya dilakukan dalam 4 proyeksi, proyeksi tersebut ialah AP AXIAL, LATERAL, RPO dan LPO.

1. PROYEKSI AP AXIAL

film : 18 x 24 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien dalam posisi supine atau berdiri dengan bagian belakang pasien dekat dengan film
- atur kedua shoulder dalam bidang horizontal yang sama untuk mencegah rotasi dari leher.

POSISI OBJEK :
- pertengahan MSP tubuh pada midline meja pemeriksaan atau pada vertikal grid
- ekstensikan dagu secukupnya sehingga garis dari bagian atas dari bidang occlusal menuju mastoid tips tegak lurus meja, hal ini untuk mencegah super posisi mandibula dengan pertengahan cervical
- pertengahan kaset pada cervical ke 4
- lindungi gonad pasien
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadap pasien, maka beri batas kolimasi secukupnya
- selama eksposi pasien diberi instruksi untuk tidak bergerak.

Central Point : pada cervical ke 4
Central Ray : 15 - 20 o cranially
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas area dari c3 sampai t2
- bayangan mandibula dan occipital superposisi dengan c1 dan c2
- terbukanya intervertebral disk space
- processus spinosus berjarak sama dengan pedicle





2. PROYEKSI LATERAL

film : 18 x 24 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien di posisikan true lateral disamping vertical grid device
- pasien duduk atau berdiri tegak dan atur ketinggian kaset sehingga pertengahannya pada cervical ke 4

POSISI OBJEK :
- coronal plane yang menembus mastoid tips pada midline film
- atur pasien sedekat mungkin dengan kaset
- atur kedua shoulder dalam bidang horizontal yang sama
- atur tubuh pasien sehingga true lateral
- dagu sedikit di ekstensikan
- berikan beban pada kedua lengan pasien supaya bahu sedikit menekan kebawah dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran columna vertebralis cervicalis ke 7 yang tidak superposisi dengan bahu atau shoulder
- selama eksposi, pasien di beri instruksi untuk tidak bergerak
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadapat pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya.

Central Point ; pada cervical ke 4
Central Ray ; tegak lurus terhadap kaset
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas ke 7 cervical
- leher ekstensi sehingga ramus mandibula tidak overlapping dengan c1 dan c2
- tampak c4 pada pertengahan film
- tidak ada rotasi atau kemiringan pada keseluruhan cervical




3. POSISI RPO

film : 18 x 24 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien supine atau berdiri/duduk dengan muka menghadap tube / tabung sinar - x

POSISI OBJEK :
- atur tubuh dan kepala oblique sehingga membentuk sudut 45 0
- pertengahan kaset pada cervical ke 4
- bahu sebelah kanan menempel pada kaset dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran pada sisi sebelah kiri columna vertebralis cervicalis atau sisi yang jauh dari film
YANG TAMPAK ADALAH FORAMINA YANG JAUH DARI FILM
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadapat pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya.
- selama eksposi pasien diberi instruksi untuk tidak bergerak.

Central Point : pada cervical ke 4
Central Ray : tegak lurus terhadapat kaset (vertical) atau bisa juga menggunakan 15 - 20o
cranially dengan tujuan untuk mendapatkan foramen vertebralis yang lebih baik.
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas terbukanya intervertebral foramina yang jauh dari film
- terbukanya space discus intervertebralis
- dagu tidak overlapping dengan c1 dan c2
- tulang occipital tidak overlapping dengan c1
- tampak ke 7 cervical dan vertebrae thoracal ke 1



4. PROYEKSI LPO

film : 18 x 24 cm, memanjang

POSISI PASIEN :
- pasien supine atau berdiri/duduk dengan muka menghadap tube / tabung sinar - x

POSISI OBJEK :
- atur tubuh dan kepala oblique sehingga membentuk sudut 45 0
- pertengahan kaset pada cervical ke 4
- bahu sebelah kiri menempel pada kaset dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran pada sisi sebelah kanan columna vertebralis cervicalis atau sisi yang jauh dari film
YANG TAMPAK ADALAH FORAMINA YANG JAUH DARI FILM
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadapat pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya.
- selama eksposi pasien diberi instruksi untuk tidak bergerak.

Central Point : pada cervical ke 4
Central Ray : tegak lurus terhadapat kaset (vertical) atau bisa juga menggunakan 15 - 20o cranially dengan tujuan untuk mendapatkan foramen vertebralis yang lebih baik.
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12

KRITERIA GAMBAR :
- tampak jelas terbukanya intervertebral foramina yang jauh dari film
- terbukanya space discus intervertebralis
- dagu tidak overlapping dengan c1 dan c2
- tulang occipital tidak overlapping dengan c1
- tampak ke 7 cervical dan vertebrae thoracal ke 1


Rabu, 09 April 2014

MATERI RADIOFOTOGRAFI II


KONSEP FOTOGRAFI

Ø Fotografi adalah suatu proses pencatatan bayangan dengan menggunakan cahaya pada bahan yang peka terhadap cahaya
Ø Radiofotografi adalah proses pencatatan bayangan dengan menggunakan sinar-x
Sinar-x ditemukan pada tanggal 8 november 1895 oleh Wilhelm Cundrad Rooentgen.Benda yang memancarkan cahaya yang lebih kuat maka pada lapisan emulsi film akan terjadi penghitaman lebih dibandingkan dengan yang memancarkan cahaya kurang kuat. 
Proses yang terjadi pada Radiografi :
1. Proses pembentukan bayangan
2. Proses pencatatan bayangan pada alat yang peka terhadap cahaya
3. Proses pembentukan bayangan permanen
Perlengkapan Radiofotografi :
v a. Pesawat sinar-x
b. Tabung sinar-x
c. window
v Film sinar-x → Bahan AgBr
v Kaset sinar-x (kedap cahaya)
v Prosessing ada 2 cara yaitu manual dan otomatis
PRINSIP KERJA FILM
Film sinar-x mempunyai fungsi sebagai pencatat bayangan dari gambar yang di inginkan sehingga dapat terlihat.
Ukuran kaset : 1. 18X24
2. 24X30
3. 30X40
4.35X35
Jenis-jenis film :
Ø Menurut strukturnya :
1. Single Emulsi
2. Double Emulsi
Ø Menurut Pemakaiannya :
1. Non screen film
(Densitas sebanding dengan intensitas radiasi yang diserap)
2. Screen film
(Densitas sebanding intensitas cahaya yang diserap)
Ø Menurut sensitivitas terhadap warna :
1. Blue sensitive
2. Green sensitive
Ø Menurut struktur emulsi
1. ORTHO M
2. ORTHO G
3. T-MAT G
4. T-MAT M
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras
1. Perbedaan koefisien atenuasi bahan
2. Ketebalan bahan
3. Kemiringan kurva karakteristik film
Bentuk kurva karakteristik tergantung dari
a. Cara pembuatan film
b. Penyimpanan film
c. Pengolahan film
Efek cahaya tampak :
· Film sensitive terhadap sinar-x dan cahaya tampak
· Kenyataan :Lebih sensitive terhadap cahaya tampak
· Sebab : 
1. α cahaya tampak > α sinar-x
2. E cahaya tampak < E sinar-x
3. Penyerapan cahaya > Penyerapan sinar-x
· Sebab itu prosessing film dilakukan di kamar gelap
Sifat film radiografi mempunyai kemampuan membuat pola dari bermacam-macam kehitaman (DENSITAS) yang sebanding dengan intensitas cahaya radiasi yang diserap.
PRINSIP KERJA IS ( INTENSIFYING SCREEN)
Prinsip IS yaitu bahan menyerap radiasi (sinar-x) dan memancarkan kembali dalam bentuk sinar tampak (cahaya tampak)
Intensifying screen yang dipancarkan :
a. Berbandingan lurus dengan tenaga / kualitas radiasi (sinar-x)
b. Intensifying yang mengenai tabir penguat
Bahan tabir penguat :
a. Fluorosensi
b. Phosporesensi
c. Selang waktu antara penyerapan
Struktur intensifying screen :
a. Protective coating
b. Phosphor
c. Reflective layer
d. Base
Syarat bahan fluorosensi
1. Dapat menyerap radiasi cukup besar
2. Mengeluarkan cahaya
3. After glow yang singkat
Bahan-bahan IS :
1. Kalsium Wolfram (CaWo4)
2. Barium lead sulphade (BaSo4 + PbSo4)
3. Zinc sulphade (ZnS)
4. Zinc cadmium sulphade (Zn S cd S)
5. Rare earth phosphors
GRID
1. Dari kisi-kisi kecil
2. Menyaring radiasi sekunder
3. Di gunakan untuk factor eksposi yang tinggi
Kecepatan IS dalam merubah sinar-x menjadi cahaya tampak ,dipengaruhi volume atau butiran yang dipergunakan IS ditinjau dari segi kecepatannya di bagi 3 yaitu :
1. High speed atau kecepatan tinggi
Jenis ini mempunyai respon yang tinggi terhadap sinar-x dalam merubahnya menjadi cahaya tampak .di tinjau dari volume atau butiran fosfor besar-besar atau kasar.gambar atau radiograf yang dihasilkan tinggi detailnya rendah.
2. Medium speed
IS jenis ini mempunyai respon yang sedang,ditinjau dari volume atau butiran fosfornya sedang.gambar atau radiograf kontrasnya sedang dan detailnya juga sedang.
3. Low speed
Responnya rendah terhadap sinar-x dalam merubahnya .butiran fosfornya halus dan kontransnya rendah serta detailnya tinggi.
HIGH SPEED → Keuntungan : Penggunaan sinar-x tadak terlalu banyak sehingga dosisi radiasi yang diterima pasien kecil atau sedikit.
Kerugian : Gambar yang dihasikan mempunyai detail yang rendah akibatnya tidak mampu memperlihatkan bagian-bagian terkecil dari obyek yang diperiksa.
LOW SPEED → Keuntungan : Gambar yang dihasilkan mempunyai detail yang tinggi sehingga mampu memeperlihatkan bagian-bagian terkecil dari obyek yang diperiksa.
Kerugian : Pengunaan sinar-x yang banyak sehingga dosis radiasi yang diterima pasien banyak atau tinggi






FAKTOR INTERSIFIKASI
Perbandingan antara banyaknya eksposi yang diperlukan bila tidak menggunakan IS dengan banyaknya eksposi yang diperlukan bila menggunakan IS.Beberapa factor yang memepengaruhi intersifikasi yaitu:
a. ukuran Kristal dariphosphor tersebut
b. jenis fosfor yang digunakan volume
c. tebal tipisnya ukuran lapisan screen
d. kualitas radiasi itu sendiri yang digunakan
Cara-cara merawat IS :
Jaga jangan sampai permukaan dari IS tergores
Tidak boleh memasukkan film ketika ISnya masih basa
Menggunakan cairan pembersih yang tidak berbahaya pada permukaan screen
Saat memasukkan film pastikan ISnya kering
Pembersihannya dilakukan secara berskala
PRINSIP KERJA KASET
Kaset adalah kotak pipih atau gepeng untuk mentransportasikan film dari kamar gelap ke kemar pemeriksaan.kaset radiografi yang kedap cahaya /tidak tembus cahaya.Kegunaan dari kaset adalah :
v Melindungi film dari pengaruh cahaya
v Melindungi IS dari tekanan-tekan mekanis
v Menjaga agar kontak antara film dengan screen tetap rata
Bahan-bahan kaset : 
1. AL
Sebagai filter atau penyaring bagi sinar-x masuk ke kaset.tujuannya sinar-x yang masuk mengenai kaset lebih dulu menyaring radiasi hambur yang energy sinar-Xnya tinggi
2. PB atau timbal
Dipasanag pada bagian belakang dengan tujuan sinar-x yang kuat dan sampai kebelakang kaset akan di hambat oleh PB




3. SPON → Busa yang lembut
Untuk menekan screen yang berada pada bagian depan belakang kaset sehingga benar-benar antara kontak screen dan film kontaknya merata (Tidak ada yang longgar atau rapat)
Macam-macam kaset
a) Curved cassette
Kaset ini bentuknya melengkung struktur atau komposisinya sama dengan kaset pada umumnya ,kaset ini biasanya digunakan pada obyek yang melengkung.contohnya pada knee joint
b) Gridded cassette
Dilengkapi daengan Grid .Grid yang tebal yang digunakan pada pemerisaan os cranium,abdomen,pelvis.dll.yang berguna untuk mengurangi radiasi hambur agar tidak sampai ke film,umumnya dipakai untuk CR yang tegak lurus terhadap kaset
c) Flexible cassette
Dindingnya lentur biasanya terbuat dari plastic yang paling sederhana itu terbuat dari kertas.prinsip dari kaset ini harus kedap cahaya (Tidak ada cahaya yang masuk) tidak menggunakan IS.Biasanya di pakai oleh industry seperi pipa.
d) Multi section cassette
Biasanya dipakai untuk jaringan yang terdiri dari beberapa lapisan.kaset ini mampu atau dapat menampung 3-7 film.
PENGOLAHAN FILM
Pengolahan film ada 2 cara yaitu manul dan otomatis.Pengolahan ini biasa disebut dengan istilah film processing.processing sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran nyata yang permanen dari film yang tentunya sudah diekspos.untuk manual prosessingnya dilakukan dikamar gelap(dark room).Pengolahan film secra manual tahapannya yaitu :
1. DEVELOPER 
Developer ( developing) terdiri dari beberapa bahan antara lain :
Developin agent → bahan yang digunakan yaitu sodium hidrosulfit,hydrogen peroksida,formal dehida,dan vitamin c.funsinya sebagai reducing agent ,sifatnya basah lemah.untuk yang baru itu pHnya 11,5.zat umumyang dipakai pada reducing agent yaitu
1. Methol → bekerja pada suhu 18-20C dan hanya bekeja pada permukaan emulsi mempunyai kontras rendah,kerjanya cepat dan serentak.
2. Hidroquinon → bekerja pada suhu 13-20°C,bekerja samapi masuk kepori-pori emulsi dan kontras yang dihasilkan tinggi.
Aceeleratot Fungsinya untuk mempercepat proses pembangkitan cara kerjanya memperbesar emulsi film sehingga dapat ditembus oleh reducing agent terbuat dari Alkai sifatnya basa kuat.bahanya yaitu natrium karbonat dan natrium tetraborat.
Restrainer Sebagai penahan ,fungsinya menahan reduksi yang berlebihan terhadap Kristal AgBr terutama pada film yang tidak terekspos.
Preservative (Menangkal),fungsinya menangkal pengaruh 0₂
Solvent biasanya digunakan untuk air → bahan pelarut dalam air yang tidak menggunakan garam mineral.
Jenis-jenis developer
Developer untuk Manual processing
Developer untuk Authomatic processing
Developer untuk rapid processing(foto ditempat)
Menurut sifatnya :
Bentuk powder(bubuk)
Kemasannya terbgi menjadi 2 pak,biasannya digunakan untuk manual processing caranya yaitu reducing agent dilarutkan dalam air pada suhu 50°C sebanyak 0,75 bagian larutan setelah reducing agent larut semua.masukan bahan-bahan lainnya kemudian aduk dan di taruh air sampai pol.
Bentuk liquid(cair)
Digunakan untuk Authomatic processing tapi dapat juga dipakai untuk manual caranya yaitu bala digunakan harus diencerkan pada suhu 20°C lalu ditambah air karena larutannya pekat.
Waktu pembangkitan adalah waktu yang diperlukan bagi film untuk menghasilkan kontras dan densitas yang baik hal ini dapat terjadi jika factor-faktoryang dibuat standar.Waktu pembangkitan menurut Jenkins 1980 adalah 4 menit.
Factor-faktor yang mempengaruhi pembangkitan :
· Eksposi yang diberikan pada film
Eksposi yang tinggi pada film akan membuat banyak AgBr terkena eksposi akibatnya dinding AgBr terbuka.Terbukanyamenyebabkan elektron-elektron lebih muda menembus sehingga densitasnya hitam.
· Suhu developer
Berpengaruh pada waktu pembangkitan dan berfungsi sebagai kasilator yang bias memepercepat reaksi kimia
· Kuat lemahnya developer
Beda pembangkitan antara developer yang baru dan yang lama.untuk mengetahui kuat lemahnya suatu developer dengan menggunakan faktor waltkins.
Faktor-faktor penting pada saat menggunakan developer
§ Temperatur cairan dan lama pembangkitan
(J,BALL dan PRMEL 1990 suhunya adalah 18-20°C)
§ Agitasi (proses/gerakan menggoyangkan film selama proses pembangkitan ) efeknya adalah bias mempercepat proses pembangkitan dan meratakan proses pembangkitan.
§ Keadaan dari developer (Keadaannya baru atau lamanya developer).seiring dengan pemakaiannya aktivitas akan menurun,penurunan aktifitas disebabkan banyaknya film dengan ukuran yang besar.
2. RINSING
Umumnya dilakukan dengan cara memasukkan film yang sudah kita bangkitkan ke dalam cairan rinsing yaitu air pH 7.larutan berikutnya yang akan dimasukkan adalah bersifat asam’cara yang bias dilakukan rinsing :
ü Memperlambat kerja developer dengan menghilangkannya dari permukaan film (plain rinse bath) dengan cara dimasukkan ke dalam tangki yang berisi air.
ü Menghentikan kerja developer dengan cara menetralisis dan menghilangkan developer dari permukaan film dengan menggunakan larutan asam (ACID STOP BATH) biasannya digunakan asam asetat kontrasinya 3%
3. FIXER
Mempunyai tujuan sbb :
v Menghentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi perubahan bayangan pada film
v Untuk melarutkan perak bromide (AgBr) yang tidak terkena eksposi sehingga pada bagian dari filmyang tidak tereksposi akan tampak bening/transparan..
v Menyamak atau mengeraskan emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak.
Komposisi Fixer yaitu fixing agent yang berfungsi untuk melarutkan perak bromide yang tidak terkena ekspos.
§ Bahan 1 : sodium thiosulphat dan ammonium thiosulphat
§ Bahan 2 : buffer,hardener,asam(acid)dan stabilizer
Fixer istilahnya yaitu Clearing time maksudnya waktu yang dibutuhkan dari awal proses di fixer hingga menjadi kuning dan Fixing time maksudnya waktu yang diperlukan fixer untuk melakukan proses penetapan secara keseluruhan.

Selasa, 08 April 2014

Puisi Alam



Puisi Alam - Kali ini admin akan membagikan kumpulan puisi alam  yang berisi apresiasi para pengarang kepada keindahan alam semesta ciptaan tuhan. Semoga kumpulan puisi ini bisa membuat kita lebih menyadari akan pentingnya pelestarian alam dan lingkungan.


Kumpulan Puisi Alam :

ANGIN LAUT

Perahu yang membawamu
telah kembali
entah ke mana
angin laut mendorongnya ke ujung dunia
Engkau tidak mengerti juga
Duduklah
Ombak yang selalu
pulang dan pergi.
Seperti engkau
mereka berdiri di pantai
menantikan
barangkali
seseorang akan datang dan menebak teka-teki itu.




KEINDAHAN ALAM

Bak gelombang jiwa di udara
Laksana sinar di pagi hari
Bagaikan rembulan mengarunggi samudra
Seperti peri kehilangan cahaya matahari

Meskipun langit menyinari bumi
Mirip bola di senja kelap

Umpama terbang setinggi awan
Bagaikan bintang menghiasi malam
Sinar mentari bagaikan surya.


INDAHNYA ALAM NEGERI INI

Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna


TANAH AIRKU

Angin berdesir dipantai
Burung berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi rumput-rumput
Itulah tanah airku
Sawahnya menghijau
Gunungnya tinggi menjulang
Rakyat aman dan makmur

Indonesiaku
Tanah tumpah darahku
Jaga dan rawatlah selalu
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Disanalah aku menutup mata
Oh..... tanah airku tercinta
Indonesia jaya.....



Alam dilembah semesta


Angin dingin kelam berderik
Kabut putih menghapus mentari
Tegak cahyanya menusuk citra

Pahatan Gunung memecah langit
Berselimut awan beralas zamrud
Tinggi . . . Tajam . . .

Sejak waktu tidak beranjak
Di sanalah sanubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak

Cermin ilusi di atas danau
Menikung pohon yang melambai warna
Di celah kaki-kaki menjejak karya-karyaNYA

Di manakah aku berada?
Di mana jiwa tak mengingat rumah
Di saat hidup serasa sempurna

Sungguh jelita permadani ini
Terbarkan pesona di atas cakrawala
Tak berujung di pandang lamanya

Serasa bertualang di negeri tak bertuan ALAM


Puisi Alam kasih judul sendiri !

Lihatlah hutan kita ini
Sedikit habis oleh orang-orang
Yang tidak memikirkan masa depan
Dia mementingkan pribadi tanpa peduli
Lewat puisi alam imi aku bertanya
Lewat curahan kata aku bicara

Indahnya tanahku di atas negeri
Ribuan pulau menyapa senyum bijaksana
Indonesia tercinta tetumbuhan menghijau
Aku lahir di sini

Di tempat surgawi
Tanahku subur penjajah suka buahku
Mereka berkelana dari kejauhan
Mereka datang berbondong

Akhirnya mereka pergi dengan semangat alam
Penjajah pergi, penjajah lenyap
Sekarang diri menjarah diri
Hutan kita habis berkeping

Sisa akar-akar yang suram
Satukan jemari, beri yang lain pencerahan
Cukup tanam satu tunas sehati
Atau lindungi yang sudah merambah

Tanpa kau ketahui kau melestarikan
Janin di masa mendatang
Sengaja gambar ini terpampang
Sengaja gambar ini tersimpan
Agar kita mengerti takkan ada lagi yang asri
Kalau kita tak peduli



Derai Cemara Udang
Angin pantai disela gerimis
Mendera pelan, sejenak
Berteduh di bawah
Pohon-pohon cemara udang

Kemudian lenyap ke arah
Gubuk-gubuk bambu yang reot
Tanpa atap di tepian jalanan pantai

Senja ini..
Tiada yang romantis atau membiuskan angan
Ke dalam khayal yang beku
Dan ratusan hari terkubur diam

Pantai ini telah sepi..
Hanya derai cemara udang..
Hanya rintik gerimis yang tidak kunjung reda
Tidak juga menjadi hujan deras

Ada yang berubah
Pantai ini merubah dirinya menjadi teduh, hijau
Dan di beberapa sudut tumbuh padang rumput
Ada cemara udang, perahu nelayan
Yang sepuluh tahun yang lalu belum kulihat
Ini adalah pantai kenangan




PEMANDANGAN DI QUE-LIN

gunung-gunung dan bukit-bukit hitam
tinggi dan tajam
menjulang menusuk-nusuk awan

air sungai Li berkelok-kelok
bermain-main di celah kaki-kakinya

bilakah sebenarnya
dewa-dewa telah turun dari langit
sempat-sempatnya membuat
pahatan alam yang begini cantik!




Nah, demikian kumpulan puisi alam yang bisa di berikan kali ini, semoga menginspirasi pembaca........

Senin, 07 April 2014

Proyeksi pemeriksaan Abdomen 3 posisi

Proyeksi Abdomen Akut disebut juga dengan Proyeksi pemeriksaan Abdomen 3 posisi yaitu :


  1. AP
  2. Setengah duduk
  3. LLD

Proyeksi pemeriksaan AP

  • Persiapan pasien = Pasien dianjurkan untuk membuka baju hanya di sekitar perut saja
  • PP (Posisi pasien) = Pasien dalam posisi Supine atau tidur terlentang
  • PO (Posisi Objek) = Pusatkan MSP (Mid Sagital Plane) pada meja pemeriksaan dan pelvis usahakan tidak terjadi rotasi (Terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
  • Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Pada umbilikus (Pusar) sekitar 3jari di atas Crista iliaca
  • Luas lapangan kolimasi = Batas atas T11 dan T12 harus tampak dan batas bawah sympisis pubis harus tampak
  • FFD = 100cm
  • Marker = R/L Orientasi AP
  • Memakai Lysolm/Grid
  • Intruksi ekposi = Tarik napas,,,,,keluarkan nafas,,,,Tahan napas.

Kriteria gambaran : T11,T12 tampak, Columna Vertebrae, Sympisis pubis, Crista iliaca, Ischium,Ileum, Vertebrae Lumbal, dan Fisika urinaria.


Kriteria Evaluasi : 
  • Tampak kontur liver (Hati), ginjal, dan keadaan dalam abdomen, tampak sedikit costae dan processus spinosus, columna vertebrae pada satu garis lurus.
  • Kedua SIAS terlihat simetris, os iliaca simetris.
Proyeksi pemeriksaan Setengah duduk

  • PP (Posisi pasien) = Pasien duduk di meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh sejajar dengan kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh.
  • PO (Posisi Objek) = Kaset berada di belakang tubuh pasien, aturlah batas atas procxypoid dan batas bawah sympisis pubis, pelvis dan shoulder tidak mengalami rotasi.
  • Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal
  • CR = Tegak lurus Horizontal
  • CP = pada umbilikus (Pusar) atau 3jari di atas crista iliaca
  • FFD = 100 cm
  • Luas lapangan kolimasi = Batas atas T11,T12 dan Batas bawah Sympisis pubis.
  • Marker = R/L Orientasi AP
  • Memakai Lysolm/grid
  • Intruksi ekposi = Tarik nafas,,,,Keluarkan nafas,,,,Tahan nafas.

Kriteria gambaran : Tampak columa vertebrae, T11 dan T12, Sympisis pubis, Crista iliaca, Vertebrae Lumbal dan Fisika Urinaria

Kriteria Evaluasi :
  • Proyeksi ini bertujuan untuk memperlihatkan daerah sekitar diafragma


Proyeksi pemeriksaan LLD 

  • Persiapan pasien = Pasien tetap posisi miring (LLD) selama 10 atau 20 menit sebelum dilakukan eksposi  untuk memberikan kesempatan udara bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
  • PP (Posisi Pasien) = Pasien berbaring miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan. kedua lengan ditekuk dengan lutut diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
  • PO (Posisi objek) = Kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan dipasang dibelakang punggung secara vertikal dan diganjal agar posisinya terfiksasi. Pertengahan kaset berada pada garis yang menghubungkan kedua Crista iliaca. Bidang median sagital (MSP) berada sejajar dengan meja pemeriksaan dan tegak lurus kaset. Kaset harus mencakup diafragma
  • Ukuran kaset = 30x40 cm Horizontal
  • CR = Tegak lurus Horizontal
  • CP = Pada Umbilikus (Pusar) atau 3jari di atas Krista iliaca
  • FFD = 100cm
  • Marker = L Orientasi AP

Kriteria gambaran : Vertebrae Lumbal, Diafragma, Krista iliaca, T11 dan T12


Kriteria Evaluasi = 
  • Diafragma dan Abdomen bawah terlihat
  • Batas air dan udara (air-fluid level) di abdomen dengan detail soft tissue tampak di anterior abdomen


Tujuan dari masing-masing posisi :

Proyeksi AP : Memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada colon itu.
Proyeksi AP Setengah duduk :Untuk menampakkan udara bebas di bawah diafragma.
Proyeksi LLD (Left lateral Decubitus) : Untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibat perforasi colon.

Kenapa Harus LLD tidak RLD ?

Supaya terpisah dengan udara di lambung, pada pasien yang mengalami kebocoran dinding usus, udara akan berada pada permukaan teratas. Jika dibuat foto RLD, udara bebas itu akan tampak menyatu/bercampur dengan udara di usus sehingga patologis sulit dinilai.

Tujuan pada saat eksposi pasien disuruh menahan nafas setelah ekspirasi penuh ?

Pada saat menahan nafas pergerakan usus berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen akan jelas.

Proyeksi pemeriksaan Oss Femur

Proyeksi pemeriksaan Oss Femur


AP (Anterior-Posterior)


  • PP = Posisi pasien supine
  • PO = Aggota gerak bawah ekstensi dan diputar kedalam (Endorotasi) sehingga patella paralel terhadap meja pemeriksaan, untuk membantu posisi tersebut sandbag diletakkan pada tiap-tiap tepi dari tungkai bawah dan antara knee joint sampai masuk dalam kaset.
  • Ukuran kaset = 30x40cm Vertikal
  • CR = Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
  • CP = Pada pertengahan oss Femur
  • FFD = 90 cm
  • Luas lapangan kolimasi = Batas bawah Knee joint harus terlihat dan batas atas Hip joint harus terlihat disesuaikan dengan klinis pasien.

Kriteria gambaran : Oss Femur dan knee joint


Kriteria Evaluasi :

  • Mayoritas dari femur dan sendi yang terdekat dengan keadaan patologis atau luka harus terlihat.
  • Sendi lutut tidak dalam keadaan rotasi.

LATERAL

  • PP = Pasien tiduran miring ke arah yang sakit
  • PO = Lutut sisi yang sakit fleksi dan kaki yang lain lurus dibelakang, bagian bawah panggul diganjal sandbag, dan Usahakan kedua sendi masuk dalam kaset.
  • Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal.
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Pada pertengahan Oss Femur
  • Marker = R/L Orientasi AP



Kriteria gambaran : Oss Femur, dan Knee Joint




Kriteria Evaluasi :
  • Sebagian besar Femur dan kelainan dekat persendian masuk dalam radiograf.
  • Permukaan Anterior dari condilus femur terlihat superposisi.
  • Patella terlihat jelas dan celah antara femur dan patella harus terbuka.

Proyeksi pemeriksaan Cranium


Proyeksi pemeriksaan cranium basicnya ada 2 yaitu :

1. AP
2. Lateral


Proyeksi AP





  • PP = Posisi pasien supine dengan tangan berada di samping badan.
  • PO = Tempatkan MSP tubuh berada di tengah meja pemeriksaan dan Fleksikan leher agar OML (Orbitomeatal line) tegak lurus pada kaset.
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Pada Glabella
  • FFD = 100-120 cm
  • Memakai Lysolm/Grid
  • Menggunakan kaset 24x30cm
  • Luas lapangan kolimasi : Dari Verteks sampai Kartilago tyroid (C4).
Kriteria Gambaran :


1. Sinus Frontalis
2. Sinus Ethmoidalis
3. Sinus Paranasal
4. SInus Maxillaris.
5. Oss Frontal
6. Oss Nasal
7. Ethmoid
8.Sphenoid
9. Zygomaticum
10. Maxilla
11. Mandibula.
12. Vertebra Cervical.

Tujuan AP = Untuk melihat ke 4 sinus di wajah.


Lateral :

  • PP = Pasien obliq 45 derajat dengan kepala true lateral dengan tangan satu di depan kepala dan knee   difleksikan agar posisi pasien nyaman.
  • PO= MSP Horizontal dan Fleksikan Leher agar Interpupilarline tegak lurus dengan kaset.
  • CR = tegak lurus Vertikal
  • CP = 4-5cm di atas MAE atau 1-3jari di atas telinga.
  • FFD = 100cm
  • Menggunakan kaset 24x30cm
  • Menggunakan Lysolm/Grid
  • Luas lapangan Kolimasi : Batas atas dari Vertex dan batas bawah pada Cervical 4
Kriteria Gambaran :


1. MAE
2. TMJ
3. Sinus Frontalis
4.Sinus Maxillaris
5. Mandibula
6. Ramus Mandibula
7. Sphenoid
8. Mastoid air cells
9. Sella tursica.
10. Oss Temporal
11. Oss Frontal
12. Oss Parietal.
13. Oss Occipital
14. Oss Nasal
14.Oss Maxilla
15. Suture Coronalis
16.Suture Lambdoidea
17. Vertebra Cervical.

Tujuan Posisi Lateral adalah untuk melihat bagian dari Kepala dengan posisi dari samping untuk melihat TMJ dan MAE.

Proyeksi pemeriksaan Genu

Banyak macam dari proyeksi pemeriksaan Genu diantaranya :

1. AP
2. Lateral
3.Dan Skyline.

Tetapi saya hanya akan menjelaskan proyeksi pemeriksaan Genu AP dan Lateral


Proyeksi AP



  • PP = Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kepala diganjal dengan bantal dan tangan berada di samping tubuh.
  • PO = Lutut yang diperiksa diletakkan di atas kaset, tepat di tengah-tengah kaset dan marker ditempelkan di ujung kaset.
  • CP = Tegak lurus Vertikal
  • CR = 2cm di bawah Oss Patella (Pada celah sendi antara Femur dan Tibia.
  • Kaset = 18x24cm
  • FFD = 90-100 cm
  • Luas lapangan kolimasi : Batas atas 1/3 Distal Femur dan batas bawah 1/3 Proksimal Cruris.
Kriteria Gambaran :



Proyeksi Lateral




  • PP = Pasien tidur di atas meja pemeriksaan dalam posisi supine. Kepala miring ke kanan dan ke kiridiganjal dengan bantal dan kedua tangan berimpit di depan dada.
  • PO = Lutut yang diperiksa diletakkan di atas kaset dalam posisi mediolateral. Lutut yang lain disilangkan ke depan atau ke belakang lutut yang akan diperiksa.
  • CP = Pada articular Genu.
  • CR = Tegak lurus Vertikal.
  • Kaset = 18x24cm 
  • FFD = 90-100cm
  • Luas lapangan kolimasi batas atas 1/3 distal femur dan 1/3 Proksimal Cruris
Kriteria gambaran :